Langsung ke konten utama

Ilmu Pendidikan Islam Pendekatan Sosiologi



PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat dari hubungannya dengan sesama manusia lainnya dan akibat tingkah lakunya. Masalah sosial ini tidaklah sama antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya karena adanya perbedaan dalam tingkat perkembangan kebudayaannya, sifat kependudukannya, dan keadaan lingkungan alamnya. Sosiologi memberikan informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Sedangkan pendidikan Islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik. Pendidikan Agama Islam mengenalkan kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang terdapat dalam Agama Islam.
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandangan, metode, dan susunan pengetahuan. Obyek penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. sudut pandangannya ialah memandang hakikat masyarakat kebudayaan, dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep-konsepdan prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaannya, dan perkembangan pribadi. Salah satu ini yang mendapat perhatian sosiologi ialah penelitian mengenai tata sosial. Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Yang termasuk dalam pengertian struktur ini ialah teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya itu dengan tata sosial masyarakat. Keberhasilan dalam pendidikan agama Islam tidak hanya bisa ditentukan dengan struktur nilai yang disimbolkan dengan angka, melainkan lebih ditentukan oleh kehidupan interaksi sosial sehari-hari yang terjadi di sekolah, baik antar masyarakat, sekolah maupun antara sekolah dengan masyarakat sekitar dengan nilai-nilai keIslaman.
Proes sosial biasanya menghasilkan keadaan dan struktue sosial yang baru. Proses sosial menciptakan dan menghasilkan perubahan mendasar. Sosiologi memiliki kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan penerapan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga olmu sosiologi menjadi sangat penting untuk dibahas karena sangat berguna bagi ummat Islam.

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Sosiologi Pendidikan Islam
Secara harfiah atau etimologi (definisi nominal), Sosiologi berasal dari bahasa Latin: Socius yang berarti teman, kawan, sahabat, dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang masyarakat. Menurut Emile Durkheim (1858 – 1917), masyarakat itu terdiri atas kelompok – kelompok manusia yang hidup secara kolektif. Menurut Bertrand, kata kunci dari sosiologi adalah human relationship, yaitu hubungan manusia dalam segala aspek kehidupan. Mayor Polak mendifiinisakan sosiologi lebih terperinci, yaitu sosiologi dipandang sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis. Dengan demikian, pada intinya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dalam hidup di tengah – tengah masyarakat.
Sosiologis adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua perkataan yaitu sosiologi dan pendidikan. maka sepintas saja telah jelas bahwa di dalam sosiologi pendidikan itu yang menjadi maslaah sentralnya ialah aspke-aspek sosiologi di dalam pendidikan. di dalam sosiologi pendidikan itu akan berlaku dan bekerjasama antara prinsip-prinsip sosiologis dan rinsip-prinsip paedagogis besera ilmu-ilmu bantuannya, misalnya psikologika (ilmu psikologi pendidikan)/ atau secara konkrit, bahwa di dalam sosiologi pendidikan itu bukan saja terdapat sosiologi ataupun pendidikan, tetapi terdapatlah sosiologi ataupun pendidikan, yang merupakan suatu ilmu yang baru ialah kerjasama antara keduanya, dengan mempergunakan prinsip-prinsip sosiologi di dalam seluruh proses pendidikan meliputi metode, organisasi sekolah, evaluasi pelajaran dan kegiatan-kegiatannya.
August Comte berpendapat bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir dari perkembangan ilmu pengetahuan. Sosiologi harus dibentuk melalui pengamatan yang cermat atas fenomena-fenomena sosial nyata yang terjadi dalam masyarakat. Sosiologi bukanlah ilmu yang dibentuk dengan spekulasi-spekulasi dan hayalan-hayalan, tetapi sosiologi merupakan ilmu yang lahir dari proses perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu itu didasarkan atas fakta-fakta sosial, ilmu itu dapat diobservasi dan diverifikasi. Fakta-fakta sosial tersebut perlu diteliti dengan menggunakan metodologi yang tepat untuk menjelaskannya. Pengetahuan sosial atau sosiologi bermula dari suatu kesan yang muncul dalam pemikiran manusia sebagai hasil dari penggunaan panca-inderanya mengenai fakta-fakta sosial yang berbeda dengan keyakinan dan kepercayaan yang biasanya muncul dari proses pemahaman dan pengamalan doktrin-doktrin keagamaan. Pengetahuan sosial sebagaimana pengetahuan lainnya bertujuan untuk memperoleh suatu kepastian serta menghilangkan dari prasangka, spekulasi dan hayalan. Pegetahuan sendiri tidak semuanya ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang dapat disebut ilmu. Sosiologi merupakan bidang ilmu yang muncul dari tradisi filsafat positivisme, yang merupakan aliran filsafat yang hendak membebaskan manusia dari pengaruh takhayul, mitos dan dogma-dogma yang tak terjangkau panca-indera manusia. positivisme meletakkan pengetahuan yang sahih adalah pengetahuan yang didasarkan pada fakta objektif.
Sosiologi pendidikan Islam merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, dan mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut.

B.       Ruang lingkup Sosiologi Pendidikan Islam
Berbicara mengenai ruang lingkup sosiologi pendidikan, hali ini tidak dapat terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu sosiologi juga disebut ilmu masyarakat atau ilmu yang membicarakan mengenai masyarakat. Berikut ini akan kami sampaikan mengenai ruang lingkup pembahasan sosiologi:
1.   Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat. Dalam kategori ini terdapat antara lain masalah-masalah sebagai berikut:
a.         Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b.        Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
c.  Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha mempertahankan status quo
d.        Hubungan pendidikan dengan sistem tingkat atau status social
e.         Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan sebagainya
2.      Hubungan antar-manusia di dalam sekolah. Di dalam bidang ini dapat dipelajari :
a.         Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah.
b.    Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah, yang antara lain  meliputiberbagai hubungan antara berbagai unsur di sekolah, kepemimpinan dan hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola interaksi informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok – kelompok murid lainnya.
3.     Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah, dalam bidang ini diutamakan aspek proses pendidikan itu sendiri. Di sini kita analisiskepribadian dan kelakuan guru, murid dan lain-lain atas pengaruh partisipasi dalamkeseluruhan sistem pendidikan.
4.       Sekolah dalam masyarakat disini dianalisis pola-pola interaksi  antara sekolah dengan kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat disekitar sekolah. Antara lain dapat dipelajari:
a.         Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah
b.      Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistem – sistem sosial dalam masyarakat luar sekolah.
c.         Hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat bertalian dengan organisasisekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidian dalam masyarakat sertaintegrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat.

C.      Manfaat Sosiologi Pendidikan Islam
Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat difahami karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini, selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agamanya. Jalaluddin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini adalah Islam terhadap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut:
Dalam Alquran atau Hadist, proporsi terbesar kedua sember hukum Islam tersebut berkenaan dengan urusan mua’amalah.
Bahwa ditekankannya masalah mu’amalah atau sosial dalam masalah Islam adalah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan mu’amalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka melalui pendekatan sosiologis, agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam al-Qur’an misalnya dijumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu bangsa dan sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kesengsaraan. Semua itu hanya baru dapat dijelaskan apabila yang memahaminya mengetahui sejarah sosial pada ajaran agama itu diturukan.
Agama sebagai fenomena sosiologi, penjelasan yang bagaimanapun tentang agama, tidak akan pernah tuntas tanpa menyertakan aspek sosiologisnya. Agama yang menyakut kepercayaan serta berbagai prakteknya, benar-benar merupakan masalah sosial dan sampai saat ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat manusia di mana kita memiliki catatan, termasuk yang biasa diketengahkan dan ditafsirkan oleh ahli arkeologi.
Dalam masyarakat yang sudah mapan agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistem sosial, akan tetapi masalah agama berbeda dengan masalah hukum, yang lazim menyangkut alokasi serta pengendalian kekuasaan. Berbeda dengan lembaga ekonomi yang berkaitan dengan kerja, produksi dan pertukaran dan juga berbeda dengan lembaga keluarga yang mengatur serta memolakan hubungan antar jenis kelamin, agar generasi yang diantaranya berkaitan dengan pertalian keturunan serta kekerabatan.
Thomas F. Odea mengatakan “masalah inti dari agama tampaknya menyangkut sesuatu yang masih kabur serta tidak dapat diraba, yang realitas empirisnya sama sekali belum jelas, ia menyangkut dunia luar. Hubungan manusia dan sikapnya terhadao dunia luar itu dan dengan apa yang dianggap manusia sebagai implikasi praktis dari dunia luar tersebut terhadap kehidupan manusia”.Perbandingan aktivitas agama dengan aktivitas lain, atau perbandingan lembaga keagamaan dengan lembaga sosial lain, menujukkan bahwa agama dalam pautannya dengan masalah yang tidak dapat diraba tersebut merupakan sesuatu yang tidak penting, sesuatu yang sepele dibandingkan dengan masalah pokok manusia.
Namun kenyataan menunjuk lain, sebenarnya lembaga keagamaan adalah menyangkut hal yang penting tertentu, menyangkut masalah aspek kehidupan manusia, yang dapat transedensinya mencakup sesuatu yang mempunyai arti penting dan menonjol bagi manusia. Bahkan sejarah menunjukkan bahwa lembaga-lembaga keagamaan merupakan bentuk assosiasi manusia yang paling mungkin untuk terus bertahan.Disamping itu, agama telah diceritakan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang paling sublim, sebagai sejumlah sumber moralitas, sumber tatanan masyarakat dan perdamaian batin individu sebagai sesutau memuliakan dan membuat manusia beradab. Tetapi agama juga dituduh sebagai penghambat kemajuan manusia dan mempertinggi fanatisme dan mempertinggi toleran, pengacuhan, pengabaian, takhyul dan kesia-siaan

D.      Latar belakang munculnya Sosiologi Pendidikan Islam
Saat ini fakta menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif, dan sering menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak diperhatikan lagi, apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan), yang menjadi sumber masalah-masalah dalam sosial masyarakat. Masalah-masalah sosial juga dialami dunia pendidikan. Oleh karena itu, para ahli sosiologi diharapkan mampu menyumbangkan pemikirannya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Pendidikan formal di sekolah tidak akan pernah lepas dari campur tangan guru. Guru merupakan seorang administrator, informator, konduktor, dan sebagainya, yang diharuskan memiliki kelakuan dan tabiat yang sesuai dengan harapan masyarakat. Sebagai pendidik dan pembangun generasi, seorang guru diharapkan memiliki tingkah laku yang bermoral tinggi yang dapat ditiru dan dijadikan tauladan bagi para siswa demi masa depan bangsa dan Negara.
Kepribadian guru dapat mempengaruhi suasana kelas maupun sekolah, yang akibatnya siswa dapat bebas dalam mengeluarkan pendapat dan mengembangkan kreatifitasnya, atau bahkan sebaliknya, terkekang dan selalu menuruti kemauan guru tanpa bisa berkembang.
Anak dalam perkembangannya dipengaruhi oleh orang tua (pendidikan informal), guru-guru/sekolah (pendidikan formal), dan masyarakat (pendidikan non formal). Dari ketiga aspek tersebut, pengaruh lingkunganlah yang paling menentukan. Pendidikan sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru/pendidik harus berusaha menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusia baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat (dengan sistem sosialnya).
Sosiologi pendidikan merupakan suatu disiplin yang menjadi perhatian, baik ahli sosiologi maupun ahli pendidikan, dan keduanya telah memebrikan kontribusi berharga. Ada beberapa wilayah permasalahan, yang kiranya lebih baik diteliti oleh ahli-ahli sosiologi. Tetapi ada juga wilayah permasalahan lainnya yang lebih baik ditangani oleh ahli pendidikan atau tenaga kependidikan, dan keduaya telah memberikan kontribusi berharga. Ada beberapa wilayah permasalahan, yang kiranya lebih baik diteliti oleh ahli-ahli sosiologi. Tetapi ada juga wilayah permasalahan lainnya yang lebih baik ditangani oleh ahli pendidikan atau tenaga kependidikannya. Yang terpenting, pada keadaan dan tingkat manapun, hendaknya semua upaya penelitian dilakukan secara terarah dan terkendali, dan dengan mengggunakan metodologi yang ampuh.

E.       Tujuan Sosiologi Pendidikan Islam
Adapun beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan islam adalah sebagai berikut:
1.        Sosiologi pendidikan Islam sebagai proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
2.        Sosiologi pendidikan bertujuan untuk menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak pakar berpendapat bahwa pendidikan memberikan kemungkian yang besar bagi kemajuan masyarakat karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula.
3.        Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Konsistensi lembaga dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkat daerah dimana lembaga tersebut berada. Misalnya, Perguruan Tinggi didirikan ditingkat propinsi atau minimal di kabupaten atau kota, sedangkan TK dan SD bisa berdiri di tingkat desa/kelurahan dan SMP SMA bisa didirikan di tingkat kecamatan atau kabupaten.
4.        Sosiologi pendidikan bertujaun untuk menganalisis partisipasi orang berpendidikan dalam kegiatan sosial masyarakat. Peran aktif orang yang berpendidikan sering menjadi barometer maju dan berkembangnya kehiduan masyarakat.
5.        Sosilogi pendidikan Islam sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat. Pada poin ini lebih mengutamakan fungsi lembaga pendidikan Islam diadakan masyarakat dan hubungan sekolah dengan masyarakat yang terdiri dari beberapa aspek. Apabila pendidikan Islam tidak dapat menempatkan diri dalam masyarakat yang berbeda-beda kulturnya maka manusia tidak sesuai cita-cita Islam yang mencerminkan hakikat Islam tidak bisa terwujud.
6.        Sosiologi pendidikan Islam sebagai anilisis social di sekolah dan antara sekolah dan masyarakat. Diharapkan terjadinya hubungan antara orang-orang dalam sekolahdengan masyarakat lingkungan sekolah. Peranan social tenaga sekolahdengan masyarakat sekitar sekolah.
7.        Sosiologi pendidikan Islam sebagai alat kemajuan perkembagan social. Pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu dapat melestarikan danmemajuakan tradisi budaya moral yang Islami sehingga terwujudkomunikasi social dalam masyarakat dan membawa kebudayaankepuncak yang setinggi-tingginya.
8.        Sosiologi pendidikan Islam sebagai dasar menentukan tujuan pendidikan. Diharapakan pendidikan Islam mampu mendasari jiwa generasimuda dengan iman dan takwa serta berilmu pengetahuan sehingga dapatmemotivasi daya kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuanyang sesuai al-Quran.
9.        Sosiologi pendidikan Islam sebagai sosiologi terapan. Sosiologi pendidikan dianggap bukan ilmu yang murni akan tetapisebuah ilmu yang diterapakan untuk mengendalikan pendidikan antarasosiologi dengan pendidikan Islam dipadukan dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi pada seluruh pendidikan
Sedangkan tujuan sosiologi pendidikan di Indonesia diselaraskan dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pembangunan Indonesia modern. yaitu        :
1.        Berusaha memahami peranan sosiologi dari pada kegiatan sekolah terhadap masyarakat, terutama apabila sekolah ditinjau dari segi kegiatan intelektual. Dengan begitu sekolah harus bisa menjadi suri tauladan di masyarakat sekitarnya.
2.        Untuk memahami seberapa jjuah guru dapat membina kegiatan sosial anak didiknya untuk mengembangkan kepribadian anak.
3.        Untuk mengetahuai pembinaan ideologi Pancasila dan kebudayaan nasioanl Indonesia di lingkungan pendidikan dan pengajaran.
4.        Uuntuk mengadakan integrasi kurikulum penndidikan dengan masyarakat sekitarnya agar pendidikan mempunyai kegunaan praktis di masyarakat dan negara.
5.        Untuk menyelidiki faktor – faktor kekuatan masyarakat yang bisa menunjuang pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak.
6.        Memberi sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
7.        Memberi pegangan terhadap penggunaan prinsip-prinsip sosiologi untuk mengadakan sosialisasi sikap dan kepribadian anak didik.

F.       Beberapa pendekatan Sosiologi pendidikan Islam
Setidaknya terdapat beberapa pendekatan dari perspektif sosiologi yang dapat digunakan dalam menganalisis permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam bidang pendidikan. Di antaranya seperti yang disampaikan oleh Abu Ahmadi dalam bukunya ‘Sosiologi Pendidikan’ yaitu pendekatan individu, sosial, interaksi dan teori medan.
a.         Pendekatan Individu (The Individual Approach)
Dalam pendekatan individu titik penekanannya adalah tingkah laku individu. Setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi pendekatan individu ini yakni faktor internal yang meliputi faktor-faktor biologis dan faktor eksternal yang meliputi faktor-faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Dalam pendekatan individual ini titik tekannya adalah faktor-faktor biologis yang menguasai tingkah laku individu daripada faktor-faktor psikologis, namun kedua faktor ini tetaplah faktor primernya sedangkan faktor lingkungan sekitar fisik dan lingkungan sosial merupakan faktor sekunder. Hal ini dikarenakan pendekatan individu berasumsi bahwa individu adalah primer dan masyarakat adalah sekunder.
1.        Faktor Biologis Pada Tingkah Laku Manusia
Perbedaan antara faktor biologis dan psikologis pada tingkah laku manusia adalah pada faktor biologis manusia dipandang sebagai organisme yang murni dan sederhana, sedangkan pada faktor psikologis manusia dipandang sebagai organisme yang cerdas dan mempunyai kecerdasan (inteligen). Kemudian yang menjadi problem terbesar pada biologi adalah usaha untuk menemukan elemen-elemen tingkah laku mana yang dapat diwariskan secara biologis dan elemen-elemen tingkah laku mana yang disebabkan oleh lingkungan sekitar dan apakah elemen tingkah laku inheritas (keturunan biologis/ hereditas) itu dapat diubah atau tidak?, kalau dapat diubah sejauh mana perubahan dapat terjadi?
2.        Faktor Psikologis Pada Tingkah Laku Manusia
Sebenarnya perbedaan antara faktor psikologis dan biologis tidak begitu ekstrim, tajam dan statis. Seiring dengan kemajuan-kemajuan penelitian ilmiah maka dapat diketahui bahwa sebenarnya hubungan psikologi dan biologi sifatnya timbal-balik, bahkan justru keduanya saling melengkapi di dalam mempelajari tingkah laku manusia. Bukti dari ini adalah munculnya penelitian-penelitian psikologi mengenai konsep insting (instinct).
Singkatnya dapat disimpulkan bahwa pendekatan individu belumlah lengkap untuk menerangkan semua gejala tingkah laku manusia mengingat bahwa individu-individu adalah hidup dengan dan dalam masyarakat. Jadi faktor masyarakat itupun harus diakui peranannya sebagai pembentuk tingkah laku anggota masyarakatnya.
b.        Pendekatan Sosial (The Societal Approach)
Titik tekan pendekatan ini adalah masyarakat dengan berbagai lembaga, kelompok, organisasi dan aktivitasnya. Secara kongkrit pendekatan sosial ini membahas aspek-aspek atau komponen dari kebudayaan manusia, seperti keluarga, tradisi, adat-istiadat, dan sebagainya. Jadi segala sesuatu yang dianggap produk bersama adalah milik bersama atau milik masyarakat. Jadi jelas di sini yang menjadi gejala primer adalah kelompok masyarakat, sedangkan individu merupakan gejala sekunder saja.
Secara ekstrim, pendekatan sosial ini berasumsi bahwa tingkah laku individu-individunya secara mutlak ditentukan oleh masyarakat dan kebudayaan masyarakat, sehingga individualitas tenggelam di dalam sosialtas manusia. Tingkah laku yang demikian ini dapat ditemukan dalam masyarakat yang benar-benar homogen yang kuat tradisi dan tata caranya. Sehingga inidividu-individu yang menyimpang dari pola tingkah laku masyarakat dianggap abnormal dan pasti dikeluarkan dari masyarakatnya.
Kalau diperhatikan secara seksama, prinsip dari pendekatan sosial ini tak dapat disangkal kebenarannya, tetapi secara ekstrem dan absolut, pendekatan sosial ini menunjukkan kelemahan-kelemahannya, sebab betapapun homogennya dan kuatnya tata cara hidup masyarakat di situ masih juga didapati perilaku individualitas pada anggota masyarakat. Mengapa demikian? Karena setiap individu mempunyai watak dan kepribadiannya masing-masing. Bahkan tidak jarang keseragaman tingkah laku pada masyarakat dianggap sebagai paksaan yang membelenggu kreatifitas individu tersebut. Karena pada dasarnya pola tingkah laku individu manusia selalu didapati sifat-sifat kreatif dan dinamis.
c.         Pendekatan Interaksi (The Interaction Approach)
Di dalam pendekatan interaksi ini perhatiannya adalah penggabungan dari pendekatan individu dan pendekatan sosial melalui interaksi. Sebab pada kenyataannya menurut pendekatan interaksi ini, individu dan masyarakat itu saling mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal balik. Jadi antara individu dan masyarakat itu mempunyai daya kekuatan yang saling membentuk dan saling menyempurnakan.
Kesimpulannya pendekatan ini ingin menjelaskan bahwa untuk mengetahui tingkah laku manusia harus dilihat dari individu dan masyarakat. Jadi sosiologi pendidikan tidak semata-mata hanya mempelajari individu atau masyarakat saja tetapi harus kedua-duanya.
d.        Teori Medan (field theory)
Teori medan adalah teori yang diperkenalkan oleh Dr. Kurt Lewin dari bidang psikologi yang kemudian dikembangkan oleh J.F Brown dalam psikologi sosial. Inti dari teori medan adalah meneliti struktur medan hidup (life space) beserta pribadi (Person) dan medan sosial (life space sosial) nya. Medan hidup ini merupakan kondisi-kondisi, syarat-syarat dan situasi-situasi kongkrit yang menyertai gerak individu pribadi tadi. Obyeknya adalah organisme manusia. Cara bekerjanya teori medan itu mempergunakan metode hipotetis- deduktif. Ciri khas lain dari teori medan adalah menggunakan bahasa genotype. Dan lagi bahwa dalam teori medan digunakanlah konsep-konsep dan gambar-gambar mathematis.


PENUTUP
A.      Kesimpulan
Sosiologis adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia. Ruang lingkup sosiologi meliputi:
1.        Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat.
2.        Hubungan antar-manusia di dalam sekolah.
3.        Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah, dalam bidang ini diutamakan aspek proses pendidikan itu sendiri. Di sini kita analisis kepribadian dan kelakuan guru, murid dan lain-lain atas pengaruh partisipasi dalamkeseluruhan sistem pendidikan.
4.        Sekolah dalam masyarakat disni dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah dan kelompok-elompok sosial lainnya dalam masyarakat disekitar sekolah.
Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat difahami karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini, selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agamanya.
Adapun beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan islam adalah sebagai berikut:
b.      Sosiologi pendidikan Islam sebagai proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
c.       Sosiologi pendidikan bertujuan untuk menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial.
d.      Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat.
e.       Sosiologi pendidikan bertujaun untuk menganalisis partisipasi orang berpendidikan dalam kegiatan sosial masyarakat.
f.       Sosilogi pendidikan Islam sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat.
g.      Sosiologi pendidikan Islam sebagai anilisis social di sekolah dan antara sekolah dan masyarakat.
h.      Sosiologi pendidikan Islam sebagai alat kemajuan perkembagan social.
i.        Sosiologi pendidikan Islam sebagai dasar menentukan tujuan pendidikan.
j.        Sosiologi pendidikan Islam sebagai sosiologi terapan.

Daftar Refrensi:
Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
F. O’dea, Thomas. 1995. The Sosiology of  Religion, Terj. Tim Yosogama. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Jurdi, Syarifuddin. 2008. Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn Khaldun. Yogyakarta: Teras
Nata, Abudin. 2007. Imetodologi study islam. Jakarta: pt raja grafindo
Padil, M.  dan Suprayitno, Triyo. 2007. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Sukses offset
Rakhmat, Jalaluddin. 1986. Islam Alternatif. Bandung: Mizan
Soelaeman, Munandar. 2009. Ilmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT Rineka Aditama
Sztompka, Piotr. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu Pendidikan Pendekatan Normative Perenialis

A.       Pengertian   Ilmu Pendidikan   Pendekatan Normative Perenialis . Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Normatif Perenialis adalah Ilmu Pendidikan Islam yang didasarkan pada nilai-nilai luhur yang terdapat dalam ajaran Agama seperti kepatuhan dan ketundukan kepada Tuhan, berusaha mewujudkan kedamaian, keselamatan, kemanusiaan, kerja sama, toleransi, bersikap seimbang, menghargai akal pikiran, keterbukaan, berorientasi pada masa depan, mengutamakan keunggulan, profesionalitas, bekerja dengan perencanaan, menghargai waktu dan efisiensi . Nilai-nilai inilah yang merupakan karakter, jiwa spirit, esensi, substansi, hakikat dan aspek metafisik yang transcendental. Dengan berpegang pada nilai tersebut maka Pendidikan Islam tidak pernah akan terjebak hal-hal yang bersifat formalitas. Pendekatan Normatif Perenialis sebagaimana yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadist, telah banyak digunakan oleh para ulama dan ahli pendidikan dalam mengembangkan ko...

program tahunan (hasil observasi di SMP Ibrahimy 3 Sukorejo Situbondo)

PENDAHULUAN A.   Latar belakang Perencanaan atau planning merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting. Bahkan, kegiatan perencanaan ini selalu melekat pada kegiatan hidup kita sehari-hari, baik didasari ataupun tidak. Perencanaan sangat menentukan sukses dan tidaknya suatu pekerjaan. Oleh karena itu pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan.   Dalam kegiatan pendidikan seharusnya para pendidik  mengetahui tentang perencanaan untuk memperlancar suatu system pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan efisien, dan dengan perencanaan yang matang maka kegiatan pendidikan akan mampu berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pembahasan dalam makalah ini adalah berkenaan dengan Program Tahunan (Prota) Sekolah SMP Ibrahimy 3 Sukorejo Situbondo-Situbondo. Program tahunan merupakan rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam sistem pendidikan dalam suatu lembaga ...